Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sayajalan.idAvatar border
TS
sayajalan.id
Cuma Cerita Ojol Doang



Suatu hari, ada seorang ojol bernama Budi yang sedang mencari orderan di aplikasi. Dia melihat ada permintaan antar jemput dari seorang wanita cantik yang ingin pergi ke salon. Budi langsung mengambil orderan itu dan berangkat menuju lokasi penjemputan.

Sesampainya di sana, dia melihat wanita cantik itu sedang menunggu di depan rumah dengan tas dan koper besar. Budi heran, kok mau pergi ke salon bawa koper? Tapi dia tidak bertanya apa-apa dan membantu wanita itu menaikkan barang-barangnya ke motor.

"Mas, tolong hati-hati ya, ini barang-barang saya penting banget. Jangan sampai jatuh atau rusak," kata wanita itu sambil menaikkan motor.

"Siap, Mbak. Ke salon mana kita?" tanya Budi.

"Ke salon di Jalan Sudirman, Mas. Deket sama bandara," jawab wanita itu.

Budi makin heran, kok salonnya jauh banget? Apa dia mau terbang ke luar negeri? Tapi dia tetap tidak bertanya apa-apa dan mengendarai motornya dengan hati-hati.

Di tengah perjalanan, Budi mendengar suara gemeretak dari koper wanita itu. Dia curiga, ada apa sih di dalam koper itu? Apa dia bawa barang berharga atau bahaya? Tapi dia tidak berani membuka koper itu tanpa izin.

"Mas, saya mau minta tolong. Bisa ga kita mampir sebentar ke toko bunga? Saya mau beli bunga buat teman saya yang ulang tahun," kata wanita itu tiba-tiba.

"Ya, boleh, Mbak. Tapi toko bunganya di mana?" tanya Budi.

"Di Jalan Merdeka, Mas. Deket sini kok," jawab wanita itu.

Budi mengiyakan dan mengarahkan motornya ke toko bunga. Dia berpikir, mungkin wanita ini mau memberi kejutan buat temannya yang ulang tahun. Tapi dia tetap penasaran dengan isi koper itu.

Sesampainya di toko bunga, wanita itu turun dari motor dan masuk ke toko. Dia meninggalkan koper itu di atas motor Budi. Budi melihat kesempatan itu dan membuka koper itu dengan hati-hati. Dia terkejut saat melihat isi koper itu. Ternyata, di dalam koper itu ada seekor kucing yang sedang tidur.

Budi bingung, kok wanita ini bawa kucing ke salon? Apa dia mau potong rambut kucingnya? Tapi dia tidak sempat bertanya, karena wanita itu sudah keluar dari toko bunga dengan membawa seikat bunga mawar.

"Mas, makasih ya udah nungguin. Ayo, kita lanjut ke salon," kata wanita itu sambil menaikkan motor lagi.

Budi mengangguk dan menutup koper itu dengan cepat. Dia berharap kucing itu tidak bangun dan mengeong. Dia mengendarai motornya dengan cepat menuju salon.

Di tengah perjalanan, Budi mendengar suara meong-meong dari koper wanita itu. Dia panik, kucing itu sudah bangun. Dia khawatir wanita itu akan marah kalau tahu dia membuka koper itu. Tapi dia tidak bisa berhenti, karena jalanan sedang macet.

"Mas, itu suara apa?" tanya wanita itu dengan curiga.

"Suara apa, Mbak? Saya ga dengar apa-apa," jawab Budi dengan gugup.

"Suara meong-meong, Mas. Kayak suara kucing," kata wanita itu.

"Oh, itu suara kucing di jalan, Mbak. Banyak kucing liar di sini," bohong Budi.

"Tapi kok suaranya deket banget, Mas? Kayak di samping kita," kata wanita itu.

"Itu karena kita lagi macet, Mbak. Suara kucingnya memantul ke kita," bohong Budi lagi.

"Tapi kok suaranya kayak dari koper saya, Mas?" tanya wanita itu.

Budi bingung, harus jawab apa. Dia berpikir keras, mencari alasan yang masuk akal. Tapi sebelum dia bisa menjawab, kucing itu melompat keluar dari koper itu dan menempel di helm Budi. Budi kaget dan berteriak.

"Mas, itu kucing saya! Kenapa ada di koper saya?" teriak wanita itu.

"Mbak, ini kucing Mbak? Kenapa Mbak bawa kucing ke salon?" tanya Budi.

"Salon? Saya ga mau ke salon, Mas. Saya mau ke bandara. Saya mau terbang ke Singapura. Saya mau bawa kucing saya ikut," jawab wanita itu.

"Bandara? Tapi Mbak bilang mau ke salon di Jalan Sudirman," kata Budi.

"Itu cuma alasan, Mas. Saya ga mau Mbak tahu saya mau terbang. Saya takut Mbak ga mau antar saya," kata wanita itu.

"Ya, iyalah, Mbak. Saya kan ojol, bukan taksi. Saya ga bisa antar Mbak ke bandara. Apalagi bawa kucing. Ini kan melanggar aturan," kata Budi.

"Ya, maaf, Mas. Saya cuma pengen bawa kucing saya. Dia kan teman saya. Saya ga tega ninggalin dia," kata wanita itu.

"Ya, tapi Mbak ga boleh gitu, Mbak. Mbak harus jujur sama saya. Mbak harus kasih tau saya tujuan sebenarnya. Mbak harus bayar saya sesuai jarak. Mbak harus hormati saya sebagai ojol," kata Budi.

"Ya, maaf, Mas. Saya salah. Saya minta maaf. Saya akan bayar Mas sesuai jarak. Saya akan hormati Mas sebagai ojol. Tapi tolong Mas jangan marah sama saya. Tolong Mas jangan marah sama kucing saya. Tolong Mas antar saya ke bandara. Tolong Mas bantu saya bawa kucing saya. Tolong Mas jadi teman saya," kata wanita itu dengan memelas.

Budi melihat wanita itu dengan kasihan. Dia melihat kucing itu dengan lucu. Dia merasa iba sama mereka. Dia berpikir, mungkin wanita ini kesepian. Mungkin wanita ini butuh teman. Mungkin wanita ini butuh bantuan. Dia menghela nafas dan mengangguk.

"Ya, sudahlah, Mbak. Saya maafkan Mbak. Saya antar Mbak ke bandara. Saya bantu Mbak bawa kucing Mbak. Saya jadi teman Mbak. Tapi jangan ulangi lagi, ya. Jangan bohong lagi. Jangan bawa kucing lagi. Jangan bikin repot lagi," kata Budi.

"Terima kasih, Mas. Terima kasih banyak. Anda baik sekali. Anda ojol terbaik. Anda teman terbaik. Anda pahlawan saya. Anda penyelamat saya. Anda idola saya," kata wanita itu dengan senang.

Budi tersenyum dan mengendarai motornya menuju bandara. Dia berharap wanita itu bahagia di Singapura. Dia berharap kucing itu sehat di Singapura. Dia berharap dirinya dapat orderan lagi di Jakarta.

Akhir cerita.
0
105
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan