Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

noldeforestasiAvatar border
TS
noldeforestasi
Tumpah Darah 2 Jurnalis Lawan Taipan Sawit Sumatera


Pembunuhan dua warga Labuhanbatu di kebun sawit PT SAB/KSU Amelia, di Dusun VI Desa Wonosari, Kecamatan Panai Hilir, Labuhanbatu, Sumatera Utara, akhirnya terungkap!

Polda Sumatera Utara berhasil menangkap lima tersangka, termasuk terduga aktor di balik pembunuhan, Martua Parasian Siregar alias Sanjai, mantan wartawan surat kabar mingguan Pilar Indonesia (Pindo) Merdeka, dan Maraden Sianipar, kader Partai Nasdem Sumut.

Pada Kamis (7/11), sekitar pukul 14.00, otak pembunuhan, WP alias Hr (40), pemilik perkebunan sawit PT SAB/KSU Amelia, ditangkap di Kota Medan. Jadi, lima dari delapan tersangka sudah ditangkap dalam waktu berbeda.

Sebelum itu, VS (49), ditangkap Tim Reskrim Polres Labuhanbatu dan Reskrim Polsek Panai Hilir, Selasa (5/11/19), setengah jam kemudian polisi tangkap, SH (50) di Sei Berombang Panai Hilir. Pada hari sama, polisi tangkap DS(40) ditangkap di Desa Janji, Humbang Hasundutan. Pada Rabu (6/11) sekitar pukul 22.30, ditangkap JK.

https://www.mongabay.co.id/2019/11/0...a-dan-maraden/

Kapolda Sumut Irjen (Pol) Agus Andrianto mengatakan, otak pelaku yang menyuruh delapan orang membunuh Maraden dan Sanjai, tak lain adalah pemilik perkebunan KSU Amelia, bernama Hr. Otak pembunuhan terungkap setelah tim polisi memburu para pelaku, dan menangkap lima dari delapan orang diduga pelaku pembunuhan.

Dari pemeriksaan Sanjai dan Maraden dihabisi karena dianggap menggarap lahan di perkebunan sawit ‘milik’ Hr. “Para pelaku bertugas sebagai orang suruhan untuk mengamankan lahan perkebunan sawit milik Hr. Kelompok Maraden Sianipar terus menggarap lahan perusahaan, menanam dan memanen sawit di lahan masuk kawasan hutan lindung.”

Pengakuan para tersangka, Hr memerintahkan agar mengusir mereka bila perlu dihabisi. “Itulah awal mula pembunuhan ini.”

Dia menjelaskan, kronologi pembantaian dua warga ini. Pada Selasa siang, (29/10), kedua korban akan menuju lahan mereka, dihadang para pelaku. Mereka dilarang melintas perkebunan apalagi sampai menggarap lahan yang diklaim punya Hr, padahal masuk kawasan hutan.



Kedua korban mengabaikan larangan itu, tetap bersikeras masuk. Kondisi makin memanas dan berujung bentrok. Para pelaku yang sudah mempersiapkan senjata tajam langsung membantai keduanya hingga tewas. Setelah itu, mereka malarikan diri. Kedua korban tewas dengan penuh luka bacok ditemukan keesokan harinya, 30 Oktober 2019.

“Pelaku lain masih kita buru. Tim gabungan Ditkrimum Polda Sumut, bersama tim dari Polres Labuhanbatu terus bergerak. Masih diperiksa siapa, melakukan apa. Peran mereka apa saja, ini masih terus Didalami. Para pelaku menghabisi kedua korban karena diimingi uang,” katanya.

https://nasional.tempo.co/read/12702...t/full&view=ok

Aktif Dampingi warga

Sosok Maraden dan Sanjai, merupakan dua orang yang aktif mendampingi warga untuk mendapatkan legalitas pengelolaan lahan di kawasan hutan dari pemerintah. Forum Investigasi Zoo Indonesia mencoba menelusuri rekam jejak kedua korban. Investigator Zoo Indonesia, Andi Sinaga, mengungkapkan kedua korban adalah pendamping masyarakat di Dusun VI Desa Wonosari, Kecamatan Panai Hilir, Labuhanbatu, yang sejak lama berkonflik dengan perusahaan yang beroperasi di kawasan hutan.

Keduanya sejak 2015, mencoba mengadvokasi warga menggunakan jalur benar supaya bisa mengelola hutan negara ini secara Iegal.

Keduanya dianggap perusahaan yang beroperasi ilegal ini sebagai ancaman. Acap kali kedua korban mendapat teror dari orang yang tak dikenal. Hal itu, tak menyurutkan langkah mereka mendampingi masyarakat desa di sana.

“Kami sudah bertemu dengan Burhan Nasution, salah satu saksi yang diperiksa polisi. Dia banyak bercerita bagaimana keduanya sering mendapatkan ancaman dan teror dari orang tak dikenal untuk tak mencampuri konflik lahan antara masyarakat dengan perusahaan,” kata Andi.

Dari pengamatan area yang mereka lakukan, lebih dari 270 hektar perkebunan sawit dikuasai PT.SAB/KSU Amelia di dalam kawasan hutan. Dalam area ini berdasarkan temuan tim Bukit Barisan Sumatran Tiger Rangers (BSTR), setidaknya ada dua harimau Sumatera pernah terekam.



Dinas Kehutanan Sumut, sudah menyegel kebun sawit perusahaan ini sejak 2018, tetapi penyelesaian masalah hingga kini tak ada kejelasan. Dia menduga, ada keterlibatan oknum-oknum tertentu, termasuk pihak Kepolisian.

Daftar Kekerasan Terhadap Jurnalis Makin Panjang

Kasus pembunuhan dua pria tersebut menambah panjang daftar kasus kekerasan terhadap pekerja media di Indonesia. Ketua Divisi Advokasi AJI Jakarta, Erick Tanjung, menyebut kasus kekerasan terhadap jurnalis selama tiga tahun terakhir didominasi oleh aksi represif polisi dan kelompok masyarakat terhadap wartawan saat melakukan peliputan unjuk rasa.

"Tahun 2016 paling tinggi, itu 81 kasus kekerasan terhadap jurnalis," ungkap Erick seperti dilansir BBC News Indonesia.

Sementara pada tahun 2017 angka itu menurun jadi 60 kasus, dan kembali meningkat menjadi 64 kasus di tahun 2018. Kasus-kasus tersebut melingkupi aksi kekerasan fisik, persekusi online (doxing), hingga persekusi di lapangan oleh massa

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-50286983

Mengerikan… Inikah wajah sesungguhnya negara yang senantiasa mengagung-agungkan dirinya sebagai negara demokrasi??

Diubah oleh noldeforestasi 11-11-2019 08:14
sebelahblog
4iinch
4iinch dan sebelahblog memberi reputasi
2
1.8K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan