claymiteAvatar border
TS
claymite
8 Sutradara Hebat Yang Selalu Saya Idolakan



Jika biasanya saya membuat thread untuk dinikmati para kaskuser, di waktu kali ini, saya hanya akan membuat thread yang hanyalah sebuah "ungkapan" cinta dari saya terhadap sutradara idola saya. Saya bukan filmmaker sekolah, gak pernah sekolah film dan cenderung (seperti Tarantino) belajar film dari nonton film. Dan kali ini, saya akan membahas guru-guru film saya, siapa lagi kalau bukan sutradara favorit yang selalu saya idolakan. Ya thread kali ini kan cuma buat ungkapan cinta dari seorang (self-proclaimed) "murid", hehe.

Oh iya, untuk list, saya hanya akan memasukkan sutradara yang masih ada umur (hidup) yaa, soalnya kalau untuk sutradara lawas, banyak banget sutradara legenda favorit saya, seperti Akira Kurosawa, Stanley Kubrick, mbah Alfred Hitchcook, Bernardo Bertolucci, Sergio Leone, Jean-Luc Goddard, Ernst Lubitsch, dan masih banyak lagi. Maka dari itu, saya sengaja meringkas isi thread ini menjadi 8 list dan hanya memasukkan sutradara yang masih aktif (atau setidaknya, masih ada umur)emoticon-Peace.





Charlie Kaufmann

First, ada Charlie Kaufmann. Karya khas Kauffman sangat meaningfull dan orisinil, eksepional, cerdas, terkadang absurd dan self-deprecating. Dia adalah sosok sutradara sekaligus scriptwriter yang sangat mahir untuk membuat konsep cerita yang menarik, orisinil, sekaligus ikonik. Zaman sekarang seperti ini memang sulit untuk menyukai karya-karya ala Charlie Kaufmann. Di zaman yang sekarang didominasi oleh film-film (terutama franchise) yang bergenre action, dan makin meluasnya bisnis perfilman, tentu makin banyak viewers yang menginginkan tontonan "ringan", popcorn movie, yang secara tidak langsung, film karyanya yang berupa "art" terkadang sangat langka ditemui dan selalu dianggap weird, dan aneh untuk beberapa kalangan. But, i don't care, i love it ! Film-film karya Kauffman selalu mempunyai keunikan tersendiri.


Synecdoche, film terbaik sepanjang masa versi saya, benar-benar punya filosofi tersendiri.

Salah satu karya favorit saya yaitu film surealis berjudul Synecdoche, New York, yang menurut saya merupakan salah satu film underrated yang layak mendapatkan status terbaik sepanjang masa. Film-filmnya seolah mengajari kita dan menginspirasi kita tentang kehidupan, bahwa gak semua yang ada di hidup ini sesimpel yang kita pandang.





Luc Besson

Sutradara asal Prancis ini mengawali kegemaran saya terhadap film-film non-Hollywood. Style Luc Besson ini padahal "Hollywood banget". Cinéma du look, istilah para kritikus film Prancis kala itu. Cinéma du look itu mentingin "gaya" daripada "isi". Ya mungkin film Eropa kala itu nyeni atau avant-garde, sedangkan Luc Besson bikin film yang stylish dan mudah dicerna, dia fasih dalam menggabungkan visual mencolok ke filmnya.


Valerian merupakan salah satu film "gagal" garapan Luc Besson.

Film-film lawasnya menarik buangett bagi saya ; kekelaman, kekerasan, dan ironi. Film Luc sedikit banyak mempengaruhi saya, dan ada 3 film terbaik yang selalu bergaung di telinga saya saat dengar nama Luc Besson, yaitu Nikita, Leon,dan Subway. Sayangnya, makin kesini filmnya makin berwarna dan gak suram lagi. Saya kurang menyukai karya-karya dia yang semakin ke sini (sejak era Arthur dan The Miniboys). Sudah lumayan sukar bagi saya untuk menyukai karya Luc Besson yang baru, cuma kalau disuruh pilih, saya lebih suka Les Aventures extraordinaires d'Adèle Blanc-Sec. yang dilaunching pada 2010. Kejatuhan Luc Besson dan kecacatannya ini ada di eksekusi. Dia selalu punya visi yang jelas dan ide yang "besar", tapi semua visinya seolah tak terealisasikan pada beberapa filmnya saat ini. Ya, meskipun kian lama karirnya menurun, saya masih mengharapkan dia, dan at least, cukup 3 film (Nikita, Leon, Subway), dia sudah pantas untuk menjadi sutradara favorit saya.





Martin Scorcese

Bicara tentang Scorcese, doi merupakan ahlinya long tracking shots. Salah satu filmnya, Godfellas dianggap sebagai film dengan adegan long tracking shot terbaik, dimana ia menempatkan kamera dibelakang karakter sambil mengikuti karakter berjalan ke segala arah. Trademark lain yang kental di film-filmnya doi, yaitu slow-motion dan freeze frame. Doi juga selalu membuat film dimana ada adegan tanpa suara sedikitpun. Scorcese terkenal dengan kedalaman karakternya yang sangat menarik untuk digali. Terkadang, ia seringkali memerintahkan para jajaran cast untuk ber-improvisasi dengan karakternya masing-masing.


Shutter Island, salah satu film crime-thriller besutan Scorcese.

Kesan utama saya ketika mendengar nama Scorcese selalu tertuju kepada bentuk nuansa film yang depresif, guilty, dan bergaya machismo (maskulinitas berlebihan) seolah sudah menjadi identitas perfilman Martin Scorcese, selain itu, doi juga terkenal suka mengulur-ulur phase bertutur. Untuk filmnya, hampir semua jenis film dibabat habis sama dia. Mulai dari film noir yang depresif, film semarak such as The Aviator, film heartwarming such as Hugo, film biopik sekaligus komedi kampret such as Wolf of Wall Street, sampai film The Departed yang thrilling (meski versi asli yang Hong Kong lebih thrilling lagi). Oh ya, doi terkenal suka memakai jasa A-list seperti Leonardo Dicaprio dan Robert DeNiro.





Christopher Nolan

Nolan, sutradara yang kerapkali didewa-dewakan. Tetapi karya mutakhirnya such as Dunkirk dan TDKR menuai kontroversi. Mungkin pemujaan terhadap Nolan terlalu tinggi, hingga akhirnya yang benci pun terlalu lebay juga, sebuah dialektika dalam urusan caci-memaki, kalau dipuja terlalu tinggi, maka makiannya pun bakal lebay, haha. Nolan is the best with intricated plot. Film-filmnya selalu njelimet. Dia juga "master"-nya non linear storytelling. Tema yang biasa ia angkat adalah psikologi. Lihatlah Memento atau The Prestige, disitu karakternya orang-orang mumet. The best Joker version dari Heath Ledger, senjata utamanya ? Jelas serangan psikologi. Inception ? Jelas soal psikologi bawah sadar Freudian.


Dunkirk, salah satu film based on true event garapan Nolan.

Meski saya gak selebay mereka yang men-dewakan Nolan, pada akhirnya saya juga gagal mendewakan Nolan, hehe. Soal intricated plot dan permainan psikologi seperti itu, jelas Park Chan Wok jauh lebih "sakit", dan banyak filmmaker lain yang lebih jago. Lagian, kalau untuk masalah beginian, saya mustinya me-referensikan kepada pelopornya, mbah Alfred Hitchcook. Kenggakseriusan Nolan untuk ngebikin adegan gelut juga kadang bikin saya jengkel, itu TDKR masyaampun kakunya minta ampun. Tapi ya gitudeh, balik lagi, kalau ditanya sutradara mana yang suka bikin "mindblowing", saya salah satunya jatuh cintanya ke karya Nolan.





Quentin Tarantino

Nonton film Tarantino itu kayak makan semacam sandwich. Tapi sandwich ini urutan makannya gak biasa, cara makannya pun musti diemplok per-lapisan. Sepertiga bagian awal isinya cuma roti tawar. Makin ketengah berasalah keju, salad, dan aroma dagingnya (masih aromanya doang). Dagingnya sendiri nyempil di bagian sepertiga akhir, dan ini bukan daging biasa.. so tasty, rasa dan aromanya sama kuatnya. Setelah itu apakah dagingnya habis ? Oh enggak, setelah itu akan terasa cipratan saos yang pedas dan kaya akan rempah-rempah. Awal nonton film Tarantino itu emang bikin nguantuk poll, tapi begitu nyampe bagian "daging", langsung melek. Nonton Tarantino emang susah untuk jatuh hati pada pandangan pertama, saya perlu 5 tahunan lebih untuk suka dengan karya beliau.

Hell yeah ! This is f*ckin Tarantino. Piawai dalam menulis cerita, namun lebay dalam membuat adegan yang unik, tapi disitulah sisi "emas"-nya. Dia memang nyentrik. Plotnya canggih, eksentrik, dan menarik. Kalau untuk urusan dialog, doi suhu besar-nya, nyaris semua filmnya diisi dengan dialog yang panjang nan menggelitik. Karakternya biasanya penuh intrik. Dan saat konflik memuncak, darah akan muncrat dalam tata gerak artistik (ngomongin muncrat-muncratan, Craig Zahler lebih kejam lho dibanding Tarantino). Untuk permainan kamera, doi selalu menggunakan teknik Trunk shot, sebuah teknik yang sudah mendarah daging di film-filmnya Tarantino.


Salah satu penggunaan Trunk shot di film Tarantino.

Lalu, apa yang khas dari Tarantino ? Are you kidding me ? Semuanya khas ! Mulai dari gayanya yang kadang homage ke film kelas B, Tarantino memang pemuja film cult ! Dialog yang absurd tapi fun. Karakter yang penuh intrik, kita sebut Undercover guys, semisal ada polisi yang menyamar menjadi penjahat, penjahat menyamar, dll. Ketidakjelasan siapa lawan-kawan inilah yang menjadi bumbu utama konflik dalam beberapa film Tarantino. Darah muncrat dengan "nyeni" dan aesthetic, sampai kegilaan dia yang lain ; doi ga pernah pake original score ! Yap, dia suka comot score dari lagu lawas yang terlupakan, tapi pilihannya selalu maknyus ! Trend musik lawas yang dipake ulang di film-film kekinian ini udah dipelopori sama Tarantino.





Steven Spielberg

Saya rasa gak afdol kalau bikin list ini tanpa memasukkan nama beliau. Salah satu sutradara yang telah berkecimpung selama 30 tahun lebih, Spielberg telah menghadirkan puluhan film monumental sepanjang sejarah. Kritikus bilang, Spielberg merupakan "the best cinematic storyteller". Gelaran karyanya serasa agung dan megah. Nontonnya gak mantep kalau gak di bioskop. Kemegahannya semakin lengkap karena Spielberg punya kollaborator abadi, John Williams, komposer musik yang berjasa "memegahkan" karyanya.


Scene pada film RPO, film terbaru Spielberg yang mengusung genre sci-fi.

Film-filmnya biasanya bertema human vs technology, kemanusiaan, rasialisme, perang, monster, dll. Dari tema-tema tsb, kekuatan pendekatan Spielberg adalah "interaksi positif yang dianggap sebagai ancaman", ini signature-nya dia banget. Jadi dia bisa membuat sesuatu yang "alien", "liyan", "monster" terasa lebih simpatik. Bahkan monster semacam hiu di film Jaws atau dinosaurus dalam Jurassic Park adalah makhluk yang sebenernya memperjuangkan habitatnya sendiri, bukan invader (perkecualian tentu saja War of the Worlds, film terlemahnya dia).





Dennis Villeneuve

Sutradara favorit saya kedua di list ini, Villeneuve. Saya kalau ingat Dennis Villeneuve, jadi ingat sama Nolan juga, entah kenapa, seperti ada kemiripan diantara mereka. Mungkin kalian pernah nonton film sci-fi berjudul Arrival ? Atau mungkin otak kalian pernah diejek oleh film Enemy-nya dia yang diperankan oleh Jake Gyllehnhaal ? Atau mungkin, film yang sedikit agak mainstream deh, Sicario dan Prisoners, pernah nonton ? Jika kalian pernah nonton film tsb, pasti udah gak meragukan lagi kualitas doi sebagai sutradara bagaimana, gak bisa dianggap remeh.


Arrival, begitu sampai pada third act, akan ada sebuah penyampaian yang indah sekaligus nge-twist.

Konsep ambiguitas moral pernah ditawarkan sama doi, konsep film mindbending di Arrival juga ngebuktiin kalau doi bukan sutradara "mainstream". Bahkan, film Enemy itu film ter-b*ng**t yang pernah saya tonton pada era 2010 keatas. Karena ekspektasi saya terhadap film itu gak terlalu tinggi, saya lihat dari posternya bang Jake yang main, wah pasti tipikal popcorn movie, ehh gak taunya.. otak saya diperas-peras di film itu, haha.

Tapi sialnya, saya justru ketagihan nonton dan bahkan sampai membuat dua interpretasi tentang film itu (entah ini film jatuhnya lebih ke realis atau lebih ke surealis). Kalau untuk film David Lynch okelah walau njelimet tapi kita tahu kalau film tsb adalah film surealis. Tapi jika film ini dibikin seperti dua versi (realis dan surealis) dan kita disuruh mikir film tsb masuknya jenis mana ? Damn it emoticon-Big Grin. Saran saya, tonton lah film-film karya Villeneuve ini mulai dari Incendies dulu deh, story yang lumayan standar cuma mempunyai kejutan di ending yang nge-twist.





David Lynch

Here we go ! Di urutan pertama, sang mastermind yang kerap menyutradarai film surealis dan hasilnya selalu perfect buat saya. Ya ya ya, mungkin nama Lynch terlalu "asing" bagi para general viewers. Ya iyalah, filmnya film seni semua, segmented, "Not Everybody Movie", lebih njelimet dari Nolan malah. Kenapa lebih njelimet dari Nolan ? Ya karena ini film surealis. Lebih rumit daripada filmnya Nolan, tidak sejalan dengan pandangan umum dan sulit dimengerti. Lalu, apa yang membuat saya jatuh cinta sama karya-karya Lynch ? Satu hal yang pasti, filmnya merupakan sebuah "art" murni yang selalu memberikan arti baru bagi saya pribadi.


No caption needed.

Contoh, ketika saya menonton The Elephant Man, saya serasa dibawa kedalam kesakitan fisik seorang manusia ditengah hagemoni manusia normal. Namun di lain kesempatan, saat saya menonton Eraserhead, saya serasa dibawa ke tingkat kesakitan mental dan pikiran yang bisa ditanggung oleh manusia zaman industrialis. Banyak film-film David Lynch yang mendapat status cult dan diapresiasi oleh sebagian kalangan tertentu, salah satunya Mullholand Drive, film doi yang lumayan terkenal (meskipun sebenernya film ini gak ada apa-apanya dibanding Eraserhead miliknya, serius, kalau Mullholand Dr njelimet 3x lipat dibanding filmnya Nolan, maka Eraserhead 5x atau mungkin 7x lebih njelimet). Sekedar saran, jangan nonton film David Lynch jika kalian tipikal viewers yang fundamentalis terhadap pasar mainstream Hollywood, ini serius lho, niscaya otakmu serasa dibelah jadi beberapa kepingemoticon-Big Grin.



Quote:

Wes Anderson
Grand Budapest Hotel, Fantastic Mr. Fox, Moonrise Kingdom
Darren Aronofsky
Mother!, Black Swan, Requeim for a Dream
David Fincher
Fight Club, Gone Girl, Se7en
Paul Thomas Anderson
Boogie Nights, The Master, Phantom Thread
Craig Zahler
Brawl in Cell Block 99, Bone Tomahawk, Dragged Across Concrete
Coen Brothers
No Country for Old Men, Down from the Mountain, The Big Lebowski
Allejandro G. Innaritu
Birdman, The Revenant, Babel
Robert Zemeckis
Forrest Gump, Back to the Future, Cast Away








emoticon-Rate 5 Staremoticon-Blue Guy Cendol (L)emoticon-Rate 5 Star

Design, Illustration and Written byclaymite

Diubah oleh claymite 17-12-2018 06:01
kodokburik
milktoasthoney
milktoasthoney dan kodokburik memberi reputasi
13
10.8K
102
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan