- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- Lounge Pictures
Sepur Kluthuk Wonogiri, Riwayatmu Kini
TS
pendaki.gunung
Sepur Kluthuk Wonogiri, Riwayatmu Kini
Ollo Agan-Agan. Kebetulan dapet artikel menarik tentang kampung halaman nih. Ceritanya tentang sepur kluthuk yang sekarang udah ga beroperasi. Ternyata, ada sejarahnya . Oke, tanpa babibu, langsung cekidot aja.
Quote:
Sinten numpak sepur bayare setali
mung iki sepur gurtekan pasar legi
ojo do suk sukan ngajeng tasih longgar
cedak nggon supiran janji gelem mbayar
monggo rodo geser anak kulo nangis
mergo kroso ngelih mengko ngejak mulih
mung iki sepur gurtekan pasar legi
ojo do suk sukan ngajeng tasih longgar
cedak nggon supiran janji gelem mbayar
monggo rodo geser anak kulo nangis
mergo kroso ngelih mengko ngejak mulih
Quote:
Ada yang masih ingat lagu dolanan anak yang berjudul Sepur Kluthuk di atas? Banyak di antara kita kini lupa atau bahkan tidak tahu lagu dolanan anak itu. Kata lupa mungkin juga telontar saat ditanya tentang jalur sepur kluthuk Solo-Baturetno. Jalur sepur kluthuk dari Solo ke Baturetno sudah ada sejak 100 tahun lalu. Menurut Pramono (2011), jalur rel kereta api Solo-Baturetno sepanjang 79 kilometer mulai dibangun tahun 1899. Biaya per kilometernya mencapai f 105.207.
Sepur Klutuk mulai beroperasi pada 1 April 1922 atau 23 tahun sejak rel di bangun dan diresmikanpada 1 Mei 1922. Pembangunan jalur KA Solo-Baturetno ini tak lepas dari keinginan Belanda yang ingin membangun jalur transportasi di Pulau Jawa untuk mengangkut hasil bumi. Nah, jalur Solo-Baturetno diinginkan Belanda untuk mengangkut batu gamping dari Nguntoronadi, Betal, Baturetno, dan sekitarnya ke Pabrik Gula Colomadu. Batu gamping dipakai sebagai proses penjernihan nira tebu dan menaikan pH nira.
Saat itu, kereta api yang dioperasikan Nederland Indische Spoorweg Maatscappij (NISM) ini memiliki pemberhentian atau stasiun di Purwosari ke Pasanggrahan, Ngadisuran, Bendo, Ngapeman, Pasar Pon, Coyudan, Kauman, Lojiwetan, Solokota, Kronelan, Kalisamin, Sukoharjo, Gayam, Kepuh, Songgorunggi, Pasar Nguter, Kalikatir, Wonogiri, Somohulun, Godangdondong, Betal, Gamping, hingga Stasiun Baturetno. Tarif KA yang berlaku mulai 1 November 1928 dari Solo Kota (Purwosari) menuju Wonogiri Kota untuk kelas satu senilai f 0,52 dan kelas dua f 0,45. Kalau dari Solo ke Baturetno dikenai tarif sebesar f 1,32 untuk kelas satu. Adapun untuk kelas dua seharga f 0,95. Harga tiket ini masih dianggap mahal oleh warga Wonogiri saat itu.
Kereta api kali pertama yang melintasi jalur ini ditarik oleh lokomotif uap C17 yang didatangkan NISM dari pabrik Hartmann di Jerman. Lokomotif ini menggunakan bahan bakar kayu jati atau batu bara dan mampu melaju hingga 55 kilometer per jam. Awalnya, lokomotif ini dioperasikan di jalur Yogyakarta-Magelang-Secang sepanjang 57 kilometer tahun 1914. Kemudian dipindah ke jalur Solo-Boyolali sejauh 27 kilometer. Baru tahun 1922, lokomotif ini dipakai untuk menyusuri rute Solo-Baturetno.
Rute Solo-Baturetno juga pernah memakai lokomotif C20. Lokomotif ini sebelumnya dipakai untuk jalur Gundih-Gambringan-Cepu-Surabaya. Lokomotif yang juga menggunakan kayu jati atau batu bara ini mampu melaju 60 kilmeter per jam. Namun kelemahannya, jenis lokomotif ini memiliki kapasitas tangki air yang kecil. Akibatnya, harus mengisi air di stasiun. Menjadi maslah bila musim kemarau, sehingga setiap stasiun dibuatkan tendon air.
Saat penjajahan Jepang, kereta api jurusan Solo-Baturetno mulai kehilangan pamornya. Saat itu Jepang tidak mengeksploitasi batu gamping, melainkan melaksanakan tanam paksa kepada masyarakat Wonogiri. Transportasi hasil tanam paksa dan keperluan militer lebih banyak memakai truk. Saat akhir pendudukan Jepang, banyak masyarakat yang mengungsi ke pedalaman. Mereka memakai stasiun untuk bersembunyi. Bahkan ketika Proklamasi Kemerdekaan RI, masyarakat di Wonogiri tak banyak yang mendengarkannya melalui radio. Tetapi mereka mengetahui dari kurir yang membawa kabar. Kurir ini naik kereta api dari Solo menuju Baturetno.
Setelah merdeka, kondisi kereta api di Indonesia mengalami masa suram. Penyebabnya, banyak fasilitas rel dan rangkaian kereta api yang rusak. Hal ini diperparah sulitnya mencari suku cadang. Kondisi ini juga terjadi pada jalur Solo-Baturetno. Kondisi ini semakin parah ketika banjir bandang terjadi di Bengawan Solo tahun 1966. Air sungai meluap membuat jembatan, stasiun pemberhentian, hingga rel rusak parah. Jembatan di Somohulun putus. Rel di Nguter berantakan karena diterjang banjir.
Ketika Soeharto mulai bertahta, jalan raya yang dilirik. Namun, jalur kereta api Solo-Baturetno masih menjadi andalan karena pembangunan jalan belum sampai ke pelosok Wonogiri. Untuk mengembangkan jalur ini, dibuat dua depo, yakni di stasiun Wonogiri dan stasiun Baturetno. Di kedua stasiun ini memiliki fasilitas untuk memperbaiki rel, lokomotif, dan rangkaian kereta api. Juga terdapat fasilitas gudang penyimpanan peralatan.
Akhirnya, jalur kereta api Solo-Baturetno tamat oleh pembangunan Waduk Gajah Mungkur. Bantalan rel mulai dibongkar tahun 1976. (ASR)
Sepur Klutuk mulai beroperasi pada 1 April 1922 atau 23 tahun sejak rel di bangun dan diresmikanpada 1 Mei 1922. Pembangunan jalur KA Solo-Baturetno ini tak lepas dari keinginan Belanda yang ingin membangun jalur transportasi di Pulau Jawa untuk mengangkut hasil bumi. Nah, jalur Solo-Baturetno diinginkan Belanda untuk mengangkut batu gamping dari Nguntoronadi, Betal, Baturetno, dan sekitarnya ke Pabrik Gula Colomadu. Batu gamping dipakai sebagai proses penjernihan nira tebu dan menaikan pH nira.
Saat itu, kereta api yang dioperasikan Nederland Indische Spoorweg Maatscappij (NISM) ini memiliki pemberhentian atau stasiun di Purwosari ke Pasanggrahan, Ngadisuran, Bendo, Ngapeman, Pasar Pon, Coyudan, Kauman, Lojiwetan, Solokota, Kronelan, Kalisamin, Sukoharjo, Gayam, Kepuh, Songgorunggi, Pasar Nguter, Kalikatir, Wonogiri, Somohulun, Godangdondong, Betal, Gamping, hingga Stasiun Baturetno. Tarif KA yang berlaku mulai 1 November 1928 dari Solo Kota (Purwosari) menuju Wonogiri Kota untuk kelas satu senilai f 0,52 dan kelas dua f 0,45. Kalau dari Solo ke Baturetno dikenai tarif sebesar f 1,32 untuk kelas satu. Adapun untuk kelas dua seharga f 0,95. Harga tiket ini masih dianggap mahal oleh warga Wonogiri saat itu.
Kereta api kali pertama yang melintasi jalur ini ditarik oleh lokomotif uap C17 yang didatangkan NISM dari pabrik Hartmann di Jerman. Lokomotif ini menggunakan bahan bakar kayu jati atau batu bara dan mampu melaju hingga 55 kilometer per jam. Awalnya, lokomotif ini dioperasikan di jalur Yogyakarta-Magelang-Secang sepanjang 57 kilometer tahun 1914. Kemudian dipindah ke jalur Solo-Boyolali sejauh 27 kilometer. Baru tahun 1922, lokomotif ini dipakai untuk menyusuri rute Solo-Baturetno.
Rute Solo-Baturetno juga pernah memakai lokomotif C20. Lokomotif ini sebelumnya dipakai untuk jalur Gundih-Gambringan-Cepu-Surabaya. Lokomotif yang juga menggunakan kayu jati atau batu bara ini mampu melaju 60 kilmeter per jam. Namun kelemahannya, jenis lokomotif ini memiliki kapasitas tangki air yang kecil. Akibatnya, harus mengisi air di stasiun. Menjadi maslah bila musim kemarau, sehingga setiap stasiun dibuatkan tendon air.
Saat penjajahan Jepang, kereta api jurusan Solo-Baturetno mulai kehilangan pamornya. Saat itu Jepang tidak mengeksploitasi batu gamping, melainkan melaksanakan tanam paksa kepada masyarakat Wonogiri. Transportasi hasil tanam paksa dan keperluan militer lebih banyak memakai truk. Saat akhir pendudukan Jepang, banyak masyarakat yang mengungsi ke pedalaman. Mereka memakai stasiun untuk bersembunyi. Bahkan ketika Proklamasi Kemerdekaan RI, masyarakat di Wonogiri tak banyak yang mendengarkannya melalui radio. Tetapi mereka mengetahui dari kurir yang membawa kabar. Kurir ini naik kereta api dari Solo menuju Baturetno.
Setelah merdeka, kondisi kereta api di Indonesia mengalami masa suram. Penyebabnya, banyak fasilitas rel dan rangkaian kereta api yang rusak. Hal ini diperparah sulitnya mencari suku cadang. Kondisi ini juga terjadi pada jalur Solo-Baturetno. Kondisi ini semakin parah ketika banjir bandang terjadi di Bengawan Solo tahun 1966. Air sungai meluap membuat jembatan, stasiun pemberhentian, hingga rel rusak parah. Jembatan di Somohulun putus. Rel di Nguter berantakan karena diterjang banjir.
Ketika Soeharto mulai bertahta, jalan raya yang dilirik. Namun, jalur kereta api Solo-Baturetno masih menjadi andalan karena pembangunan jalan belum sampai ke pelosok Wonogiri. Untuk mengembangkan jalur ini, dibuat dua depo, yakni di stasiun Wonogiri dan stasiun Baturetno. Di kedua stasiun ini memiliki fasilitas untuk memperbaiki rel, lokomotif, dan rangkaian kereta api. Juga terdapat fasilitas gudang penyimpanan peralatan.
Akhirnya, jalur kereta api Solo-Baturetno tamat oleh pembangunan Waduk Gajah Mungkur. Bantalan rel mulai dibongkar tahun 1976. (ASR)
Spoiler for Gambar lain 1:
Spoiler for Gambar Lain 2:
Spoiler for Gambar Lain 3:
Spoiler for Sumurnya gan:
Quote:
Jujur aja gan, ane sendiri yang masa kecilnya tinggal di Baturetno belum pernah ngerasain naik sepur kluthuk. Cuma ane tahu perkembangan rel yang memorabel di samping jembatan janglot. Waktu kecil, itu rel masih utuh antara ujung satu dengan ujung yang lain. Tapi, makin lama makin ilang. Mungkin gara-gara menjamurnya bisnis perbesialoakan di Wonogiri . Jadi ikut keangkut deh relnya.
Ane sendiri naek kereta baru tahun 2012 lalu . Itupun gara-gara jadwal kepulangan dari Jakarta buat ikut nikahan sepupu diundur karena paklik tiba-tiba sakit. Alhasil, sebelumnya rencana pulang pake bus. Jadi pulang pake kereta, bisnis lagi....bisnis gan... bukan ekonomi...
Sampe sekarang, tiketnya masih ane simpen. Kalo ga percaya, mudik ane aplod .
Ane cuma ngarep, kapan ya di wonogiri ada kereta. Kereta beneran, bukan kereta kelinci.
Ane sendiri naek kereta baru tahun 2012 lalu . Itupun gara-gara jadwal kepulangan dari Jakarta buat ikut nikahan sepupu diundur karena paklik tiba-tiba sakit. Alhasil, sebelumnya rencana pulang pake bus. Jadi pulang pake kereta, bisnis lagi....bisnis gan... bukan ekonomi...
Sampe sekarang, tiketnya masih ane simpen. Kalo ga percaya, mudik ane aplod .
Ane cuma ngarep, kapan ya di wonogiri ada kereta. Kereta beneran, bukan kereta kelinci.
Quote:
Akhir kata, mohon maaf kalo ada kata salah. Kalo ga salah, ane aus, minta . Moga aja ada yang ngasih.
Kapan-kapan kalo sempat, mampir ke Wonogiri ya gan. Di sana banyak mete, pecel, garang asem, tiwul, dll. Yang ga ada cuma satu, kereta .
Udah ah, makin ngelantur nih.
Kapan-kapan kalo sempat, mampir ke Wonogiri ya gan. Di sana banyak mete, pecel, garang asem, tiwul, dll. Yang ga ada cuma satu, kereta .
Udah ah, makin ngelantur nih.
4iinch memberi reputasi
1
6.6K
Kutip
22
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan