- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Dari preman medan hingga ke senayan
TS
sukamto77
Dari preman medan hingga ke senayan
Quote:
BANYAK sisi menarik yang terungkap dalam acara di Balai Kartini, Jakarta, Jumat (13/2) malam. Karakter unik profesi wartawan, kenekatan perantau Batak, atau pun gambaran kekuatan pemerintahan Soeharto dalam menekan pers, berbaur jadi satu. Namun lebih dari itu, malam itu terkuak sisi menarik seorang tokoh nasional yang di masa remajanya tak beda dengan kebanyakan anak Medan pada umumnya, nakal dalam geng-geng preman.
Laporan Sutomo Sjamu
"Di Medan, saat Hoegeng menjadi Kepala Reserse di Sumatera Utara, dia menangkap saya dan teman-teman preman lainnya. Malam itu, kami baru menyerbu satu rumah di daerah Polonia, karena pemilik rumah itu dan anaknya tak mengundang kami ke pesta dansa yang diadakan di situ. Kami marah. Rumah yang berjendela kaca itu pun pecah-pecah kami lempari batu," demikian tulis Panda Nababan di bukunya yang berjudul Menembus Fakta, Otobiografi 30 Tahun Seorang Wartawan. Jumat malam buku itu resmi diluncurkan. Hoegeng yang dimakud adalah yang belakangan menjadi Kapolri.
Hadir di acara tersebut sejumlah tokoh nasional dan pentolan pers, antara lain Taufiq Kiemas, Karni Illyas, Surya Paloh, WS Rendra, Trimedya Panjaitan, Cahyo Kumolo, dan mantan Kapolda Sumut Jenderal Purn Widodo Budidarmo. Sejumlah artis juga hadir, antara lain Titiek Puspa dan Ida Royani, dua artis yang pernah diwawancarai Panda saat awal-awal menjadi wartawan.
Dalam testimoninya, Widodo Budidarmo memperkuat cerita Panda mengenai dunia premanisme yang pernah diceburinya. Dari cerita Widodo pula, diketahui kawan satu geng Panda adalah Suryo Paloh. "Saya kenal Panda saat menjadi Kapolda Sumut. Dia bersama Surya Paloh hidup ke sana ke mari menjadi bagian dari geng-geng preman di Medan," ujar Widodo, yang juga pernah menjadi Kapolda Metro Jaya.
Terungkap pula, keberanian khas preman Medan, yang menemui Kapolda untuk mencari sumber rejeki. "Suatu hari Panda dan Paloh menemui saya. Panda yang bilang, Pak, Surya Paloh minta bisnis. Saya jawab, minta bisnis kok ke Kepala Polisi. Tapi akhirnya saya minta ke asisten saya agar dia dibantu. Itulah pengalaman saya ngadepi preman-preman Medan," ungkap Widodo disambut riuh tawa ribuan hadirin yang memenuhi ruangan Balai Kartini. Surya Poloh ikut tertawa lebar.
Mengenai bisnis apa yang didapat Paloh dari Widodo, terungkap di halaman 32 buku tersebut. "Sebagai anak polisi, Surya Paloh kemudian saya perkenalkan dengan Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara waktu itu, Mayor Jenderal Widodo Budidarmo. Saat itu ikut pula Anif, yang sekarang menjadi pengusaha terkenal di Medan. Dari perkenalan itu, Surya mendapatkan bisnis membuat pelat nomor polisi, pengurusan surat izin mengemudi, dan lain-lain. Di belakang hari, bisnisnya ternyata maju," tulis Panda, yang masuk SMA Nasrani di Jl.Padang Bulan, Medan, tahun 1959.
Di masa-masa SMA itu, tulis Panda, dunia remaja di Medan penuh kekerasan. Untuk menjadi Ketua Kelas, harus berkelahi dulu. "Pada masa itu di Medan memang sedang marak geng remaja." Pada bagian lain Panda menulis," Geng saya termasuk yang suka berkelahi dengan geng lain."
Setamat SMA melanjutnya ke Universitas Nommensen, lantas oleh ayahnya disuruh pindah ke Jakarta. Sempat mengambil formulir Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), tapi diurungkan karena lebih tertarik ke Universitas Bung Karno (UBK) hanya gara-gara jiwa ideologisnya mengagumi sosok proklamator itu.
Karena meletus tragedi G30S/PKI, Panda diuber-uber aparat lantaran dia aktifis di UBK. Saat itu, segala yang berbau Soekaro dianggap ancaman. Tahun 1966 pria kelahiran Siborong-borong itu dijebloskan ke tahanan Markas Kopkamtib tanpa tahu kesalahannya. Tahun 1967 keluar dari sel, tapi setahun kemudian masuk lagi ke Rumah Tahanan Militer (RTM) Budi Utomo. Di situlah dia ketemu Taufiq Kiemas yang juga ditahan karena aktifitasnya di GMNI.
Buku setebal 292 halaman itu juga menceritakan pergulatan ayah Putra Nababan itu di bidang jurnalistik. Hanya berbekal pendidikan jebolan tingkat II di UBK, dia menjadi reporter lapangan.Karena terkenal kehebatannya sebagai jurnalis investigatif, dia gampang menjalin relasi, termasuk bertemu lagi dengan Surya Paloh, mendirikan surat kabar 'Prioritas'. Diceritakan pula mengapa akhirnya berpisah dengan Surya Paloh.
"Ketika itu, tanpa sepengetahuan saya, Surya bernegosiasi dengan Bambang Trihatmodjo dan mendapat dana besar untuk mengembangkan Media Indonesia dan beberapa media di daerah. Bagi saya, langkah Surya itu sudah terlampau jauh meninggalkan cita-cita yang kami tekadkan saat mendirikan Prioritas dan Media Indonesia, yaitu tiada kompromi dengan rezim Soeharto dan kroninya....Tapi apa pun alasannya, yang kemudian dia jelaskan ke saya, saya tidak dapat menerimanya. Kami terpaksa berpisah."
Sayangnya, saat didaulat memberikan testimoni malam itu, Surya Paloh tidak menyinggung sebab musabab perpisahannya dengan Panda, yang kini menjadi vokalis di Komisi III DPR itu. Pria berjenggot lebat itu hanya mengatakan," Panda seseorang yang punya personality yang baik. Dia tak gampang menyerah, lugas dan terbuka saat bicara. Maka saya menjadikan dia sebagai sahabat."
Apa pun sumber konflik mereka, faktanya bahwa sepak terjang kedua mantan preman Medan itu kini mewarnai cukup dominan jagad politik negara ini. "....negara yang dilanda jaman edan...negara gaduh...kekerasan merajalela...politik hanya mengenal kalah dan menang..." begitu cukilan sajak WR Rendra yang dipersembahkan ke Panda, yang malam itu tepat 65 tahun.(sam/jpnn)
http://m.jpnn.com/news.php?id=14388
Haha hebat juga ya perjuangannya surya paloh
0
10.4K
Kutip
28
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan