Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

my.7upmeAvatar border
TS
my.7upme
Kisah Nyata Kyai Yang Di Copet

Kyai Arwani adalah Kyai yang terkenal dengan
hafalan Qur'annya. Pesantrennya yang
diasuhnya "Yanbu'ul Qur'an" di Kudus menjadi
salah satu kiblat para hafidz-hafidzoh di Jawa
Tengah.
Suatu hari ketika bepergian, di saat beliau turun
dari bus di terminal Terboyo Semarang, Kyai
Arwani kecopetan. Entah sudah tahu atau
memang pura-pura tidak tahu, Kyai Arwani
tidak perduli jika baru saja kecopetan. Santri
yang mendampingi dan tahu kejadian
kecopetan terkejut, seketika itu pula mereka
pada mengejar pencopetnya.
"Copet ...! Copet ...!" teriaknya sambil mengejar.
Suasana menjadi gaduh, serabutan, karena
orang lain ikutan mengejar pencopet.
Tapi sayang, pencopetnya terlalu lincah berlari
dan tampaknya cukup menguasai medan
hingga gagal ditangkap. Para santri pada
kecewa dan marah-marah pada pencopet yang
sudah raib itu. Berani-beraninya si copet
mengganggu sang Kyai, begitu kira-kira pikir
mereka.
Copetnya pun keterlaluan, tidak lihat-lihat siapa
yang akan dijadikan korban. Dan tentu saja,
pencopet tidak peduli hal itu. Mungkin yang
diingat oleh pencopet adalah uang, uang dan
uang.
Bagi copet, siapa saja yang pegang uang, uang
tetap bernilai uang. Yang juga tak kalah
mengherankan adalah Kyai Arwani, tidak
perduli dengan apa yang barusan terjadi.
Seolah-olah tidak terjadi apa-apa pada dirinya.
Tenang-tenang saja, sibuk dengan dzikirnya.
Sampai-sampai santrinya harus memberi tahu
bahwa Kyai baru saja kehilangan dompet
disikat pencopet.
"Kyai, Njenengan baru saja kecopetan!" kata
santrinya memberitahu.
"Oh, ya?" jawab Kyai santai.
"Benar, Kyai. Tapi kami gagal menangkapnya!
Keterlaluan betul pencopet itu!"
"Alhamdulillah .... Sudahlah kalian tidak perlu
ribut-ribut. Saya bersyukur, yang dicopet itu
saya!"
"Apa maksudnya Kyai?"
"Syukur .... syukur ..... Alhamdulillah. Karena
saya yang dicopet, bukan saya yang jadi
pencopetnya!"
Tentu saja para santri pada bengong
mendengar jawaban Kyai.
"Kok bisa begitu Kyai?"
"Sekarang apa jawab kalian jika aku tanya, lebih
baik mana, menjadi orang yang dicopet atau
menjadi tukang copetnya?" tanya beliau
kemudian.
Jawaban Kyai sungguh tak terbantahkan, masuk
akal. Nuansa zuhud dan kesufian mengiringi
ucapan-ucapan Kyai. Para santri yang menyertai
beliau pada geleng-geleng kepala tanda paham
dan takjub.
Dan para santripun mendapat pelajaran
berharga yang belum pernah mereka jumpai
dalam teori. Rupanya, dalam musibahpun bisa
timbul rasa syukur, seperti yang sudah
dicontohkan Kyai Arwani.

Diubah oleh my.7upme 01-04-2015 15:03
0
11.4K
104
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan