Masuk Peringkat 10 Besar Tapi Tidak Lulus CPNS Itu Sungguh Sakitnya Itu Disini....

Pagi ini kubangun dengan tidak semangat, tidur tak nyenyak, makan tak niat dan BAB pun tak banyak. Semua ini berawal dari kekecewaan yang rasanya jauh lebih sakit dibandingkan diselingkuhi mantan pacarku yang kini menjadi istriku. Bagaimana mungkin dengan masuk peringkat 10 besar masih tidak lulus? Pertanyaan yang berulang-ulang memenuhi semua keingintahuanku, melebihi keingintahuanku akan wanita dan isi otak anggota DPR. “Ya mungkin anda sedang tidak beruntung”, canda salah satu jawaban penutup pegawai BKD. Beruntung? Kenapa harus dites? Kenapa tidak sekalian diundi saja biar lebih legowo karena toh tidak akan ada yang dikecewakan ya setidaknya terminimalisirlah kecewanya. Ah seharusnya aku bertapa dulu di Gunung Kemukus, eh niat bertapakah atau apa ini?
Kembali serius, beberapa cara cantik sudah coba diperjuangkan namun masih belum menemukan jalan terang benderang yang mungkin akan semakin mengabur dan akan terlupakan oleh tingkah maupun gebrakan pejabat karena siapalah aku ini yang dari masyarakatnya terlempar jauh ke daerah perbatasan. Ketiadaan informasi akan skala prioritas dalam setiap pilihan yang ditawarkan menjebak langkahku yang memiliki sedikit idealisme berkontribusi bagi kemajuan daerah dan mewujudkan birokrasi yang bersih.
Ingin kuterima hasil ini dengan lapang dada berbulu cuma sayang dadaku tak berbulu. Kekecewaan masih memenuhi hati ini, sulit bagiku untuk move on. Pak Mario tolong aku. Berharap akan ada perubahan melalui tulisan ini mungkin seperti berharap ada meteor jatuh di gedung DPR. Ada seruan lirih, “sudahlah Tuhan pasti menyiapkan jalan yang lebih indah”. Istriku pun bercerita kisah calon astronot NASA yang mempertanyakan dan menghujat Tuhan karena kegagalannya lulus di ujian akhir yang disaat terbang pesawat luar angkasanya justru meledak 1 menit setelah lepas landas. Entah benar atau tidak cerita itu aku tetap mendoakan mereka yang menjadi korban tapi kan aku tidak menghujat dan mempertanyakan Tuhan dan aku juga tidak berharap mereka yang lulus mengalami kejadian yang sama dengan pesawat luar angkasa itu. Aku hanya mempertanyakan bagaimana landasan berpikir mereka yang menentukan kelulusan CPNS ini. Bagaimana bisa mereka yang mendapatkan hasil dibawahku bisa lulus di posisi yang aku isi sedangkan aku tidak? Tanpa bermaksud merendahkan mereka. Rasanya seperti diselangkangi meski dalam gambaran lain itu mengasyikkan tapi yang ini sungguh menyakitkan. Aku butuh katarsis. Teriak? Nanti dikira lagi demo. Demo beneran? Kebayang badan hanya akan makin hitam dan mungkin aku akan dijauhkan dari istri dan anakku oleh mertuaku karena dikira berubah menjadi pit hitam. Aku pasti akan di blacklist, tidak apa toh garis hitam itu tidak akan begitu tampak di kulitku.
Ada niatku ingin berkontribusi bagi kemajuan daerah perbatasan dan mungkin harapan hampir sama dengan peserta yang lain, kami ingin menjadi bagian dari birokrasi yang bersih yang menjadi jargon pemerintahan saat ini yang sungguh memberikan harapan besar bagi kami masyarakat Indonesia. Di usiaku yang mulai mendekati batas maksimal persyaratan, baru kali pertama ini aku mencoba dan mengikuti tes CPNS karena berharap hasil akan jauh lebih obyektif tanpa dipengaruhi oleh oknum atau kepentingan tertentu.
Walau kami dinyatakan tidak lulus kami akan tetap menjadi pengusaha seperti biasa, pengusaha untuk hidup di saat ini dan kehidupan putra putri kami di masa depan dan menjadi saksi bagaimana maju mundurnya Indonesia melalui televisi dan media sosial.
Mungkin aku masih berharap ada meteor jatuh di gedung DPR eh maksudku berharap ada perubahan melalui tulisan ini. Aku Pororo (salah satu film kesukaan anak lanangku yang diplesetkan dari ora popo oleh istriku). Sungguh masuk peringkat 10 besar tapi tidak lulus itu sakitnya disini….